Infeksi Nosokomial adalah infeksi
silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan di rumah
sakit. Jenis yang paling sering adalah infeksi luka bedah dan infeksi saluran
kemih dan saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia). Tingkat paling tinggi
terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah dan ortopedi serta
pelayanan obstetri (seksio sesarea). Tingkat paling tinggi dialami oleh pasien
usia lanjut, mereka yang mengalami penurunan kekebalan tubuh (HIV/AIDS,
pengguna produk tembakau, penggunaan kortikosteroid kronis), TB yang resisten
terhadap berbagai obat dan mereka yang menderita penyakit bawaan yang parah.
Sebagaimana jenis infeksi penyakit
lainnya, infeksi nosokomial biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika
barier alamiah terhadap invasi mikroba terganggu. Terdapat beberapa jenis
barier alamiah terjadinya infeksi penyakit. Sebagaimana diketahui, kulit,
membran mukosa, saluran gastrointestinal, saluran kencing, dan saluran nafas
atas berfungsi sebagai barier alamiah terhadap infeksi.
Menurut Setyawati, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain :
PENYEBAB
Penyebab
terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1.
Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.
2.
Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan laboratorium.
3.
Standar dan praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan
pelayanan transfusi
4.
Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang
membuat cairan sendiri
5.
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik
spektrum luas yang berlebih atau salah
6.
Berat penyakit yang diderita
PENCEGAHAN
Terdapat beberapa prosedur dan
tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat
tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko terpapar material
infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga
kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih, pencegahan infeksi didasarkan pada
asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi
menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci
pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip
pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar
penerapan yaitu:
- Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan
- Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
- Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.
- Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
- Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.
TRANSMISI
CONTOH
INFEKSI NOSOKOMIAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar